KOPI WINE “The Rising Star” yang Kontroversial
Disini ada 2 kalimat yang menjadi inti dari tulisan ini yaitu “Kopi” dan “wine”, keterangan nya sebagai berikut :
Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar dengan genius Coffea. Kopi termasuk ke dalam family Rubiaceae, subfamily lxoroideae, dan suku Coffeae. Seorang bernama Linnaeus merupakan orang yang pertama mendeskripsikan spesies kopi (Coffea arabica) pada tahun 1753. Menurut Bridson dan Vercourt pada tahun 1988, kopi dibagi menjadi 2 genus, yakni Coffea dan Psilanthus. Genus Coffea terbagi menjadi 2 subgenus, yakni Coffe dan Baracoffea. Berdasarkan geografik (tempat tumbuh) dan rekayasa genetik, kopi dapat dibedakan menjadi 5, kopi yang berasal dari Ethiopia, Madagascar, serta Benua Afrika bagian barat, tengah, dan timur (Andre Illy dan Rinantonio Viani, 2005). Tanaman kopi terdiri dari: akar, batang dan percabangan (cabang primer dan cabang sekunder, cabang reproduksi, cabang balik dan cabang kipas), daun, bunga, dan buah.
Buah dari tanaman kopi tersebut yang diproses menjadi biji kopi dan kemudian diseduh menjadi minuman kopi. Di Indonesia sendiri ada beberapa Jenis Kopi yang dikenal yaitu : Arabika, Robusta, Liberika dan Ekselsa. Sedangkan untuk di Gunung Ijen sendiri, hanya ada kopi Arabika dan Robusta.
Sedangkan Wine adalah minuman beralkohol yang dibuat dari fermentasi buah, khususnya anggur. Anggur dihancurkan, lalu dicampur dengan variasi untuk mengubah kadar gula menjadi alkohol. Wine juga bisa dibuat dari buah-buahan lain.
Sedangkan Kopi Wine dideskripsikan sebagai proses pasca panen kopi yang memiliki aroma dan cita rasa unik yang katanya menyerupai Wine.
Sedangkan jenis kopi yang biasa diolah menjadi kopi wine adalah Arabika karena banyak mengandung getah dibandingkan dengan jenis kopi lain.
Harga Kopi Wine memang lebih mahal jika dibandingkan kopi dengan proses Natural atau Wash, hal ini disebabkan karena proses yang sangat lama, mencapai 30 s/d 60 hari.
Kopi Wine saat ini memang menjadi primadona baru “The Rising Star” dan banyak dicari oleh penikmat kopi di Indonesia, menurut beberapa orang kopi wine memiliki rasa segar, asam dan sensasi yang berbeda. Harga yang mahal dan permintaan yang banyak inilah yang menggoda iman para pengolah kopi (prosesor) untuk memproduksi kopi wine. Hukum ekonomi pun berlaku disini, dimana ada permintaan pasti ada produksi.
Proses pembuatan kopi wine dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut : petik merah-sortasi biji hijau-perambangan-penjemuran layu-fermentasi-pejemuran kering. Dari proses yang mencapai 30 s/d 60 hari itulah yang dikhawatirkan terjadi pembusukan pada kulit merah kopi. Sehingga dikategorikan sebagai kopi rusak (Defect).
Ada salah persepsi di sebagian kita, bahwa kopi yg Stink (over fermented, atau Rioy) dianggap Wine? Padahal menurut kaidah umum itu tergolong Off-flavour. Citarasa “wine” pada kopi mestinya dihindari karena itu merupakan persepsi cacat (off-flavor) menurut kaidah umum (international), yaitu Stink (kalau lemah sering disebut Rioy, karena selalu berasosiasi pada kopi asal Brazil yg diolah Dry Process). Jadi kalau ada flavor winey itu pasti berkait dengan terjadinya proses pembusukan bagian kulit dan lendir buah kopi. Jadi kalau ingin menghindari, ya buah segarnya jangan disimpan, segera kupas dan diolah.
Secara sederhana bisa dianalogikan seperti Daging Sapi, menurut beberapa ahli bagian sapi yang baik adalah daging sapi itu sendiri bukan bagian yang lain dan menurut mereka jeroan termasuk didalamnya Hati, Babat, Usus, Jantung dan lainnya harus dibuang karena merupakan Defect dari produk berbahan hewan sapi.
Tetapi di Indonesia, apakah ada yang membuang jeroan sapi karena dianggap sebagai defect? Apakah Kementerian Kesehatan melarang peredaran Jeroan Sapi karena mengandung banyak lemak dan kolesterol yang tinggi? Bahkan untuk kebanyakan orang indonesia menyukai bahan yang “Defect” tersebut karena lebih gurih dan banyak lemaknya. Akhirnya semua kembali ke urusan selera masing-masing.
Sumber :
- Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.info;
- Majalah Ottencoffe.co.id;
- Pengalaman Pribadi sebagai petani dan prosesor kopi Ijen.
Leave a Reply